Dalam ku menapaki tiap inci jalan kehidupan, Aku selalu percaya :
Bahwa setiap manusia memiliki nyanyian jiwa, bisikan suara hati, dan angan cita-citanya sendiri.
Bahwa kata- kata yang di ucapkan, kadang – kadang mereduksi atau bahkan sama sekali tidak dapat mengungkapkan makna dari begitu banyak nyanyian jiwa dan suara hati yang sangat ingin disampaikan -sangat ingin dimengerti.
Bahwa semakin lama manusia berpaling, semakin besar manusia membohongi, dan semakin jauh manusia mengabaikan nyanyian suara hati, maka selama dan sebesar itulah rasa sakit-pahit penyesalan akan dikecap-dirasakan, serta sejauh itulah manusia akan terpuruk dalam ketersesatan.
Bahwa setiap gores yang dilukiskan-dituliskan dalam tiap baris guratan pena, akan lebih mampu mengungkapkan makna dan menterjemahkan arti dari begitu banyak nyanyian jiwa dan suara hati yang berusaha di sampaikan pada seseorang.
Maka kutulislah apa yang selama ini diteriakkan suara hatiku untukmu, dan hanya untukmu. Begitu keras membentur tiap relung jiwaku, begitu besar hinga memenuhi tiap ruang imajiku, dan begitu kuat hingga akan mampu mempengaruhi kemana arah kakiku melangkah.
Apabila suatu saat nanti terjadi, dalam kau menapaki setiap langkah perjalananmu :
Jika kau menyukai aku, maka sambutlah uluran tanganku dan aku akan meyakinkanmu tentang dalamnya perasaanku padamu.
Jika kau mencintai aku, maka genggam erat jemariku, tatap mataku, dan rasakan betapa hangat kasih-sayang ini tercurah untukmu.
Jika kau Menyayangi aku, maka ikutlah bersamaku, berdua kita saling melengkapi, tiap celah – tiap ruang – tiap kekosongan yang ada dalam hati dengan pahit-getir, indah-manisnya rasa kasih sayang.
Akan tetapi, Aku tidak akan pernah bisa memaksakan apapun padamu :
Jika kau membenci aku, maka akan tetap ada rasa sayang, kagum dan tempat terindah-spesial di hatiku ini hanya untukmu.
Dan Jika hatimu ternyata telah benar-benar menemukan tambatan dan terlengkapi oleh orang lain, maka semoga tuhan ada dalam damai – bahagia setiap langkahmu.
Dalam dingin-sunyinya sang malam hingga hangat-sejuknya sang mentari pagi menjelang, ketika berusaha kuterjemahkan nyanyian suara hati tentangmu ini, ada bisikan lain yang terus terngiang, membisikkan sebuah tanya, suatu pertanyaan untukmu-tentangmu “Aku begitu menyayangimu, dan bahkan Tuhan telah dengan misteriusnya menata hatiku untuk kehadiranmu. Akan tetapi, adakah rasa yang sama melanda hatimu, padaku ? Akankah rasa ini hanya bertepuk sebelah tangan ? Dan bagaimanakah bagian dari banyak suara hatimu, yang membisikkan sesuatu tentang aku ?”.
Ungkapkanlah padaku wahai idaman, wahai Qurrata A`yuni, wahai Impian.
Apakah 3 menit lagi, atau 3 jam lagi, atau 3 hari lagi, atau 3 minggu lagi, atau 3 bulan lagi, ataukah 3 tahun lagi. Kau akan mengungkapkannya kepadaku.
Aku akan menunggu, aku akan setia menunggu atas ungkapan isi hatimu, jawaban atas tanya jiwaku, jawaban yang akan menentukan arahku.
Bahwa setiap manusia memiliki nyanyian jiwa, bisikan suara hati, dan angan cita-citanya sendiri.
Bahwa kata- kata yang di ucapkan, kadang – kadang mereduksi atau bahkan sama sekali tidak dapat mengungkapkan makna dari begitu banyak nyanyian jiwa dan suara hati yang sangat ingin disampaikan -sangat ingin dimengerti.
Bahwa semakin lama manusia berpaling, semakin besar manusia membohongi, dan semakin jauh manusia mengabaikan nyanyian suara hati, maka selama dan sebesar itulah rasa sakit-pahit penyesalan akan dikecap-dirasakan, serta sejauh itulah manusia akan terpuruk dalam ketersesatan.
Bahwa setiap gores yang dilukiskan-dituliskan dalam tiap baris guratan pena, akan lebih mampu mengungkapkan makna dan menterjemahkan arti dari begitu banyak nyanyian jiwa dan suara hati yang berusaha di sampaikan pada seseorang.
Maka kutulislah apa yang selama ini diteriakkan suara hatiku untukmu, dan hanya untukmu. Begitu keras membentur tiap relung jiwaku, begitu besar hinga memenuhi tiap ruang imajiku, dan begitu kuat hingga akan mampu mempengaruhi kemana arah kakiku melangkah.
Apabila suatu saat nanti terjadi, dalam kau menapaki setiap langkah perjalananmu :
Jika kau menyukai aku, maka sambutlah uluran tanganku dan aku akan meyakinkanmu tentang dalamnya perasaanku padamu.
Jika kau mencintai aku, maka genggam erat jemariku, tatap mataku, dan rasakan betapa hangat kasih-sayang ini tercurah untukmu.
Jika kau Menyayangi aku, maka ikutlah bersamaku, berdua kita saling melengkapi, tiap celah – tiap ruang – tiap kekosongan yang ada dalam hati dengan pahit-getir, indah-manisnya rasa kasih sayang.
Akan tetapi, Aku tidak akan pernah bisa memaksakan apapun padamu :
Jika kau membenci aku, maka akan tetap ada rasa sayang, kagum dan tempat terindah-spesial di hatiku ini hanya untukmu.
Dan Jika hatimu ternyata telah benar-benar menemukan tambatan dan terlengkapi oleh orang lain, maka semoga tuhan ada dalam damai – bahagia setiap langkahmu.
Dalam dingin-sunyinya sang malam hingga hangat-sejuknya sang mentari pagi menjelang, ketika berusaha kuterjemahkan nyanyian suara hati tentangmu ini, ada bisikan lain yang terus terngiang, membisikkan sebuah tanya, suatu pertanyaan untukmu-tentangmu “Aku begitu menyayangimu, dan bahkan Tuhan telah dengan misteriusnya menata hatiku untuk kehadiranmu. Akan tetapi, adakah rasa yang sama melanda hatimu, padaku ? Akankah rasa ini hanya bertepuk sebelah tangan ? Dan bagaimanakah bagian dari banyak suara hatimu, yang membisikkan sesuatu tentang aku ?”.
Ungkapkanlah padaku wahai idaman, wahai Qurrata A`yuni, wahai Impian.
Apakah 3 menit lagi, atau 3 jam lagi, atau 3 hari lagi, atau 3 minggu lagi, atau 3 bulan lagi, ataukah 3 tahun lagi. Kau akan mengungkapkannya kepadaku.
Aku akan menunggu, aku akan setia menunggu atas ungkapan isi hatimu, jawaban atas tanya jiwaku, jawaban yang akan menentukan arahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar